aktivitas

seperti air yang tidak pernah berhenti mengalir,angin yang tidak pernah berhenti berhembus, api yang tidak pernah berhenti berkobar, dan tanah yang tidak pernah berhenti terhampar, maka begitulah pusaran dunia yang tidak akan pernah berhenti berpusing,selalu bergerak dan dinamis.

Tuesday, October 1, 2013

ISLAMISASI SAINS : STUDI KRITIS PEMIKIRAN ISMAIL R. AL FARUQI



PENDAHULUAN

Diskursus tentang Islamisasi ilmu pengetahuan yang kurang lebih tumbuh di kalangan Ilmuwan Muslim sejak tiga dekade terakhir pada saat diselenggarakan sebuah Konferensi Dunia yang pertama tentang Pendidikan Muslim di Mekkah pada tahun 1977, yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh King Abdul Aziz University[1] yang berhasil membahas 150 makalah yang ditulis oleh sarjana-sarjana dari 40 negara dan merumuskan rekomendasi untuk pembenahan dan penyempurnaan sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh umat Islam seluruh dunia. Salah satu gagasan yang direkomendasikan adalah menyangkut Islamisasi Pengetahuan.
Islamisasi pengetahuan sebenarnya adalah sebuah gagasan upaya untuk menetralisir pengaruh sains Barat modern sekaligus menjadikan Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan yang juga sebagai upaya membersihkan pemikiran-pemikiran Muslim dari pengaruh negatif kaidah-kaidah berpikir ala sains modern, sehingga pemikiran Muslim benar-benar steril dari konsep sekuler.[2] Banyak pemahaman ilmu pengetahuan yang terlanjur tersekulerkan dapat digeser dan diganti dengan pemahaman-pemahaman yang mengacu pada pesan-pesan Islam, manakala “proyek Islamisasi Pengetahuan” benar-benar digarap secara serius dan maksimal, sebagai tindak lanjut para pemikir Muslim harus berupaya keras merumuskan islamisasi pengetahuan secara teoritis dan konseptual yang didasarkan argumen rasional dan wahyu Tuhan.
Di UIN Malang, berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh Ummi, menemukan beberapa versi pemahaman tentang Islamisasi ilmu pengetahuan. Versi pertama; beranggapan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan sekedar memberikan ayat-ayat yang sesuai dengan ilmu pengetahuan umum yang ada (ayatisasi). Kedua, mengatakan bahwa Islamisasi dilakukan dengan cara mengislamkan orangnya. Ketiga, Islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga diterapkan di UIN Malang dengan mempelajari dasar metodologinya. Dan keempat, memahami Islamisasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang beretika atau beradab.[3]

TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN KOGNITIF


A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Teori kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan behavioral yang bersifat jasmani, meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respon atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Hal senada juga disampaikan oleh Riyanto[1] Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat komplek. Menurut teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah tetap mengalir, dan menyeluruh.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibakan proses mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.